Jumat, 15 Februari 2013

Puisi "bertahan sendiri"


aku hanya segenggam pasir pantai putih tak beraturan
segenap lautan tak padamkan keindahan
bertaburan dan kelam, menempel pada tiap karang untuk lebih tegar
terkikis menipis dalam kebiruan laut dalam
namun aku tak kan pernah terdiam.

berusaha ku menahan pilu saat mendengar kabarnya yang akan pergi.
mengubah ion yang dahulunya berdekatan menjadi partikel lebih kecil dalam medan yang berbeda.
merasakan setiap desir kelembapan dinding basah serta tanah hujan.
mengarungi samudra luas untuk sampai di ke gerbang akhir

menerawang disetiap celah kehidupan
dimana cakrawala membentang dengan sangat luas
dengan hamparan petualangan hidup  barumu
yang akan segera menghantarkanmu menuju masa depan

entah dari mana energi itu datang menghampiriku
merasuk hingga ke sel sel serta jaringan tubuhku
membuatku enggan beranjak dan berusaha mendalami arti yang tersirat
di detik detik terakhir perjumpaan
batin ini merapuh, aku tak mampu sendiri menepi
menepikan kisah kisah lalu saat bersama berbagi canda serta lara
namun khayalku utuh, tak dapatku berpaling dari memori lalu
hanya mampu tuk jalani dan membiarkan dia pergii..
pergi untuk kembali..

aku berdiri tegak, mengangkat daguku setinggi mungkin
bertahan pada ranting rapuh disetiap sisi pijakkan kaki ini
rerumputan hijau hantarkan sejuta kesejukkan dalam relung jiwa
berdesir luas angin lewati dimensi kegelapan
membangkitkan aura jiwa yang kesepian

dewasa kini aku bertahan
setelah sekian lama mengartikan dan mencoba tuk pahami
kini kau kembali berujar satu janji suci setelah lama sirna
kembali untuk menangkan hati yang masih gundah
namun aku takkan pernah diam..
sekalipun bibir ini membisu
hanya satu yang aku pastikan
izinkan aku merelakanmu
melewatkanmu dan melukai hati ini
agar aku dapat tumbuh lebih anggun menghadapi kehidupan setelah perjumpaan maupun perpisahan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar