Sabtu, 16 Maret 2013

HUBUNGAN ANTARA DIABETES MILITUS DAN PENYAKIT JANTUNG KORONER




HUBUNGAN ANTARA DIABETES MILITUS DAN PENYAKIT JANTUNG KORONER

O
L
E
H

Shinta wulandhari
011.06.0060


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM
2012-2013
BAB I
PENDAHULUAN

Jantung merupakan salah satu organ vital dalam tubuh manusia yang terletak dalam mediastinum di antara kedua paru-paru. Dengan fungsinya untuk memompa darah ke seluruh bagian tubuh, jantung merupakan salah satu organ yang tidak pernah beristirahat. Hal ini dikarenakan, jantung mempunyai suatu sistem pembentukan rangsang tersendiri. Dalam keadaan fisiologis, pembentukan rangsang irama denyut jantung berawal dari nodus sinoatrial (nodus SA) dan menyebar ke serat otot lainnya sehingga menimbulkan kontraksi jantung.
Menurut American heart asosiation, pada tahun 2004hampir seribu kematian di Amerika berkaitan dengan kardiovaskuler , sebanyak 35% dari semua kematian di Amerika Serikat tahun tersebut.  Di Amerika Serikat dan Negara-negara Eropa, sepertiga hingga setengah kematian disebabkan oleh penyakit jantung dan 70% diantaranya disebabkan oleh jantung coroner. Di Indonesia, dari survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1993 terlihat kematian akibat penyakit kardiovaskuler mencapai 19,8% pada tahun 1998 meningkat menjadi 24,4%.
Penyakit jantung coroner merupakan penyakit progresif akibat plak  aterosklerosis yang mengalami erosi, fisur, atau rupture. Penyakit ini muncul dengan berbagai tampilan klinis dari yang asimtomatis, angina stabil maupun sindroma coroner akut sampai kematian jantung mendadak.  Proses aterosklerosis merupakan dasar mekanisme utama timbulnya jantung coroner. Proses ini berlangsung menahun, progresif, secara diam-diam sehingga sulit untuk diketahui sebelum timbulnya gejala klinis. Aterosklerosis merupakan suatu proses penyakit yang bersifat multifaktorial karena banyak faktor-faktor yang ikut berperan dalam patogenesisnya yang disebut faktor resiko.



BAB II
PEMBAHASAN

PENYAKIT JANTUNG KORONER
1.2       Definisi
Penyakit jantung koroner adalah suatu kelainan disebabkan oleh penyempitan atau penghambatan pembuluh arteri yang mengalirkan darah ke otot jantung. Bilamana penyempitan ini menjadi parah maka dapat terjadi serangan jantung. Adapun penyempitan pembuluh arteri ke otak dapat menimbulkan stroke. Otot jantung diberi oksigen dan nutrisi yang diangkut oleh darah melalui arteri-arteri koroner utama yang bercabang menjadi sebuah jaringan pembuluh lebih kecil yang efisien. Sedangkan arteri ke otak yang mengangkut subtansi yang sama.
Penyempitan Pada Areteri Koroner
Seperti telah disebutkan, untuk berfungsi dengan baik dan memompa darah ke seluruh tubuh, otot jantung membutuhkan penyedian darah yang cukup untuk memenuhi keperluan hidup sehari-hari seperti berjalan kaki dan gerak badan. Dengan tubuh yang semakin tua dan memburuk oleh bermacam-macam factor risiko seperi tekanan darah, tinggi, merokok dan konsentrasi kolesterol darah yang abnormal, pembuluh menjadi using, dan pembuluh arteri koroner menjadi sempit dan tersumbat persis seperti karatan pada korosi pipa air.
Mengeras dan menyempitnya pembuluh darah oleh pengendapan kolesterol, kalsium, dan endapan lemak berwarna kuning dikenal sebagai aterosklerosis (atherosclerosis). Bila terdapat kekurangan aliran darah ke otot jantung karena penyempitan, maka kondisi ini dikenal sebagai iskemik (ischaemia). Proses ini mulai sewaktu usia muda dan berkembang pada tingkat individual yang berbeda-beda sesuai dengan hadirnya “factor-faktor risiko”. Penyakit jantung iskemik biasanya mulai nampak pada umur setengah tua ketika urat nadi koroner mulai tersumbat sehingga suplai darah tidak cukup untuk memenuhi keperluan otot jantung.
            Di samping itu, dinding pembuluh arteri koroner oleh sesuatu sebab dapat berkerut (spasm) dengan akibat menyempitnya saluran pembuluh secara tiba-tiba, sehingga penderita merasakan nyeri dada, bahkan sampai terjadi serangan jantung mendadak.
Jantung berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Untuk itu otot jantung memerlukan oksigen dan nutrisi yang cukup. Oksigen dan nutrisi diangkut oleh darah melalui pembuluh darah khusus yang disebut arteri koroner. Persoalan akan timbul bila oleh sesuatu sebab terdapat halangan atau kelainan di arteri koroner, sehingga tidak cukup suplai darah, yang berarti juga kurangnya suplai oksigen dan nutrisi untuk menggerakkan jantung secara normal. Keadaan di atas dikenal sebagai penyakit jantung koroner (PJK). Apabila aliran darah terhalang di arteri yang menuju ke otak, akan terjadi stroke. Dengan tubuh semakin tua dan memburuk oleh bermacam-macam faktor risiko seperti te kanan darah tinggi, merokok, kadar kolesterol darah yang abnormal—pembuluh menjadi usang, dan pembuluh arteri menjadi sempit, kaku, tidak elastis dan tersumbat, persis seperti karatan pada korosi pipa air. Inilah yang menyebabkan PJK.

1.2         Penyebab Terjadinya Penyakit Jantung Koroner
Makanan mempengaruhi kadar kolesterol total dan karena itu makanan juga mempengaruhi resiko terjadinya penyakit arteri koroner. Merubah pola makan (dan bila perlu mengkonsumsi obat dari dokter) bisa menurunkan kadar kolesterol. Menurunkan kadar kolesterol total dan kolesterol LDL bisa memperlambat atau mencegah berkembangnya penyakit arteri koroner.
Menurunkan kadar LDL sangat besar keuntungannya bagi seseorang yang memiliki faktor resiko berikut:
•         Merokok sigaret
•         Tekanan darah tinggi
•         Kegemukan
•         Malas berolah raga
•         Kadar trigliserida tinggi
•         Keturunan
•         Steroid pria (androgen).
Penyakit arteri koroner bisa menyerang semua ras, tetapi angka kejadian paling tinggi ditemukan pada orang kulit putih. Tetapi ras sendiri tampaknya bukan merupakan faktor penting dalam gaya hidup seseorang.

1.3       Gejala Penyakit Jantung Koroner
Gejala Adanya Penyumbatan (PJK)
            Karena setiap orang berbeda-beda, tanggapan fisik terhadap perkembangan PJK juga berbeda. Tidak semua orang dengan PJK memiliki simtom atau manifestasi tertentu, tetapi manifestasi yang umum menurut American Health Assosioation (AHA) adalah sebagai berikut:
1.      Tidak ada simtomp. Banyak dari mereka yang mengalami PJK tidak merasakan ada sesuatu yang tidak enak atau tanda-tanda suatu penyakit. Dalam kedokteran kondisi ini disebut silent ischernia. Mereka yang berpenyakit diabetes amat rentan terhadap silent ischemia.
2.      Angina. Formalnya disebut angina pectoris. Angina umumnya ditunjukkan dengan sakit dada sementara sewaktu melakukan gerakan fisik atau olahraga. Anda mungkin merasa tekanan atau sesak di dada, seolah-olah seseorang sedang berdiri di dada Anda. Rasa sakit, yang disebut sebagai angina, biasanya dipicu oleh tekanan fisik atau emosional. Hal itu biasanya hilang dalam beberapa menit setelah menghentikan aktivitas yang menyebabkan tekanan. Pada beberapa orang, terutama perempuan, nyeri ini mungkin sekilas atau tajam dan terasa di perut, punggung, atau lengan.
3.      Angina tidak stabil (unstable angina). Sakit dada yang tiba-tiba terasa sewaktu dalam keadaan istirahat atau terjadi lebih berat secara tiba-tiba. Jika jantung tidak dapat memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh Anda, Anda dapat mengalami sesak napas atau kelelahan ekstrem tanpa tenaga
4.      Serangan jantung. Bila aliran darah ke pembuluh arteri koroner terhalang sepenuhnya terjadilah serangan jantung atau myocardial infarction (MI). Jika arteri koroner menjadi benar-benar diblokir, Anda mungkin mengalami serangan jantung. Gejala klasik serangan jantung termasuk tekanan yang menyesakkan dada dan sakit pada bahu atau lengan, kadang-kadang dengan sesak napas dan berkeringat. Wanita mungkin kurang mengalami tanda-tanda khas serangan jantung dibanding laki-laki, termasuk mual dan sakit punggung atau rahang. Kadang-kadang serangan jantung terjadi tanpa ada tanda-tanda atau gejala yang jelas.

1.4         Proses dan Mekanisme Penyumbatan Pada Arteri
              Pada awalnya arteri normal, aliran darah tidak terhalang, tetapi oleh berbagai faktor risiko terjadilah:
1.      Plak, ini dapat menyebabkan arteri mengalami penyum-batan/halangan sebagian. Plak ini dalam waktu lama dapat tumbuh terus, sehingga terjadi penyumbatan total.
2.      Spasm, proses ini menyebabkan pembuluh arteri mengerut dan ruang aliran tinggal sebagian dan bila parah terjadi penghentian darah secara total.
3.      Clot atau disebut juga Platelete clumping’, dalam hal ini terjadi proses penggumpalan dari berbagai substansi dalam darah. Proses ini dapat berlanjut sedemikian rupa, sehingga menghalangi aliran darah secara total.
4.      Kombinasi dari dua atau lebih peristiwa di atas. Bila kombinasi tersebut terjadi, umumnya dengan cepat terjadi penyumbatan total (100%) pada arteri koroner.

1.5        Faktor Risiko PJK
            Factor risiko suatu penyakit adalah faktor-faktor yang diyakini meningkatkan risiko timbulnya penyakit yang bersangkutan. Dalam Bab 3 akan disajikan faktor-faktor risiko yang berkaitan dengan PJK dan stroke serta hubungannya dengan kolesterol dan lemak.
Pola timbulnya PJK menarik para ahli peneliti medis. Di antaranya dari“Framingham Heart Study”-USA, yang telah menekuni bidang tersebut lebih dari setengah abad. Mereka berpendapat bahwa PJK bukanlah penyakit manusia lanjut usia (manula) atau nasib buruk yang tidak dapat dihindari. Pola hidup atau tingkah laku seseorang (personal behavior) memegang peran yang amat penting. Dalam hubungan ini dikenal adanya “Faktor Risiko PJK” yaitu kondisi yang berkaitan dengan meningkatnya risiko timbulnya PJK. Menurut “American Heart Asosiation”, faktor risiko dapat dibagi menjadi tiga golongan besar yaitu:
·         Faktor Risiko Utama (major risk factor), yaitu factor risiko yang diyakini secara langsung meningkatkan risiko timbulnya PJK, seperti kadar kolesterol darah yang abnormal, tekanan darah tinggi atau hipertensi dan merokok.
·         Faktor Risiko Tidak Langsung (contributing risk factor), yaitu faktor risiko yang dapat di “asosiasikan” dengan timbulnya PJK. Hubungan antara faktor-faktor tersebut dengan PJK sering kali bersifat tidak langsung. Termasuk dalam golongan ini adalah Diabetes Melitus, kegemukan, tidak aktif dan stress.
·         Faktor Risiko Alami, Jenis ini terdiri dari keturunan, jender, dan usia.
Faktor risiko dapat pula digolongkan menjadi factor risiko yang dapat diperbaiki atau bahkan dihilangkan, yaitu yang tersebut pada butir a dan b. sedangkan golongan lain yaitu faktor risiko yang tidak dapat diperbaiki atau diubah, yaitu faktor risiko tersebut pada butir c.
A.    Kolesterol
Kolesterol merupakan salah satu kata yang sering diucapkan oleh masyarakat umum terutama bila menyangkut masalah kesehatan, biasanya dengan konotasi negative. Sesungguhnya kolesterol tidaklah selalu jelek.  Dari segi ilmu kimia, kolesterol merupakan senyawa lemak yang kompleks yang dihasilkan oleh tubuh untuk bermacam-macam fungsi kolesterol maka tubuh membuatnya sendiri di dalam hati (liver).
Kolesterol yang berada dalam zat makanan yang kita makan meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Sejauh pemasukan ini masih seimbang dengan kebutuhan, tubuh kita akan tetap sehat. Tetapi sangat disayangkan kebanyakan dari kita memasukkan kolesterol lebih dari apa yang diperlukan, yaitu dengan makan makanan yang mengandung lemak yang kaya akan koelsterol dalam jumlah yang berlebihan. Hal ini dapat dimengerti karena hidangan yang lezat umumnya mengandung banyak lemak. Hasilnya mudah diterka, yaitu kadar kolesterol darah meningkat sampai di atas angka normal yang diinginkan.
Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di dalam pembuluh darah arteri, yang menyebabkan penyempitan dan pengerasan yang dikenal sebagai atherosclerosis.Seperti telah disebutkan di muka, bila penyempitan dan pengerasan ini cukup berat, sehingga menyebabkan suplai darah ke otot jantung tidak cukup jumlahnya, maka timbul sakit atau nyeri dada yang disebut angina, bahkan dapat menjurus ke serangan jantung.
Di sinilah kolesterol tersebut berperan negative terhadap kesehatan. Karena alasan tersebut di atas, maka kadar kolesterol yang abnormal menjadi factor risiko utama PJK.
B.     Tekanan Darah Tinggi atau Hipertensi
Bila seseorang melakukan aktivitas, excited atau sedang stress, maka tekanan darah akan meningkat. Peningkatan ini penting karena aktivitas dan emosi memerlukan ekstra energy dan oksigen yang disuplai dari darah, dengan jalan menaikkan tekanan dan mempercepat sirkulasinya. Segerasetelah aktivitas berhenti/berkurang dan relaks, tekanan darah kembali menjadi normal. Kenaikan sementara di atas merupakan kejadian yang normal, tetapi bila tekanan darah naik dan bertahan pada tekanan tersebut meskipun sudah relaks, maka yang bersangkutan dikatakan memiliki hipertensi.
Hipertensi merupakan salah satu factor resiko PJK. Jika dibiarkan tanpa perawatan yang tepat maka dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Penderita sering tidak menyadari selama bertahun-tahun sampai terjadi komplikasi besar seperti stroke, serangan jantung, atau kegagalan ginjal. Sebab itu hipertensi sering disebut si “pembunuh diam-diam”.
C.     Merokok
Keaadaan jantung dan paru-paru mereka yang merokok tidak akan dapat bekerja secara efisien. Mereka mempunyai risiko yang tinggi terhadap PJK, stroke, bronchitis yang kronis bahkan juga kanker. Peranan merokok terhadap PJK dan penyakit kardiovaskuler yang lain dapat ditelusuri dari kenyataan-kenyataan sebagai berikut:
·         Asap rokok mengandung nikotin yang memacu pengeluaran zat-zat seperti adrenalin. Zat ini merangsang denyutan jantung dan tekanan darah.
·         Asap rokok mengandung karbon mono-oksida (co) yang memiliki kemampuan jauh lebih kuat daripada sel darah merah (haemoglobin) dalam hal menarik atau menyera oksigen, sehingga menurunkan kapasitas darah merah tersebut untuk membawa oksigen ke jaringan-jaringan termasuk jantung. Hal ini perlu diperhatikan terutama bagi penderita PJK, karena daerah arteri yang sudah ada plak, aliran darahnya sudah berkurang dari yang sebenarnya.
·         Merokok dapat “menyembunyikan” angina, yaitu sakit di dada yang dapat member signal adanya sakit jantung. Tanpa adanya signal tersebut, penderita tidak sadar bahwa ada penyakit berbahaya yang sedang menyerangnya, sehingga ia tidak mengambil tindakan yng diperlukan.
·         Perokok, dua atau tiga kali lebih mungkin terkena stroke dibandingkan mereka yang tidak merokok.
·         Terlepas dari berapa banyak rokok yang dihisap per hari, merokok terus-menerus dalam jangka panjang berpeluang besar untuk menderita penyumbata arteri di leher.
·         Perokok mudh mengalami kejang kaki pada waktu olahraga, karena penyumbatan pada pembuluh arteri di kaki.
·         Merokok menempatkan seseorang lebih beresiko terhadap penyakit degenerativeyang lain, termasuk kanker paru-paru.
2.      Hubungan Rokok dengan Kolesterol
Di samping akibat-akibat buruk yang dapat diderita oleh perokok yang telah disebutkan di atas, hasil penelitian “Framingham Heart Study” menemukan bahwa merokok menurunkan kadar kolesterol baik (HDL). Penelitian dilakukan terhadap 2.000 lelaki dan 2.000 perempuan, berumur antara 20-49 tahun. Penurunan HDL pada kaum lelaki rata-rata 4,5 mg/dl dan bagi kaum perempuan 6,5 mg/dl. Pada penelitian tersebut, factor yang penting adalah jumlah batang rokok yang diisap per hari dan bukan lamanya waktu seseorang telah merokok.
Penelitian yang dilakukan oleh “Lipid Research Program Prevalence Study”menunjukkan hal-hal yang lebih terinci, yaitu mereka yang merokok 20 batang atau lebih per hari, mengakibatkan penurunan HDL sekitar 11% untuk laki-laki dan 14% untuk perempuan, dibanding mereka yang tidak merokok. Secara garis besar hubungan merokok dengan kolesterol dapat disingkat sebagai berikut:
·         Merokok menurunkan kadar kolesterol baik (HDL) dalam darah, yang berartimeningkatkan risiko PJK.
·         Makin banyak jumlah rokok yang diisap, makin besar penurunan HDL.
·         Perempuan yang merokok mengalami penurunan HDL lebih banyak disbanding laki-laki.

D.    Diabetes Melitus
1.      Diabetes dan Metabolisme Karbohidrat
Insulin adalah salah satu jenis hormone yang dihasilkan oleh sel beta di dalam pancreas, yaitu sebuah kelenjar yang terletak dekat lambung. Dari sinilah dialirkan ke dalam aluran darah. Insulin ini memiliki dua fungsi sebagai berikut :
·         Untuk mendorong glucose dari darah ke sel tertentu dari tubuh, kemudian dibakar menjadi energy.
·         Untuk mengubah kelebihan glucose dalam darah menjadi glikogen yang disimpan di dalam hati dan otot sebagai timbunan energy.
Dengan demikian insulin membantu mempertahankan kadar glucose darah dalam batas – batas normal. Bilamana insulin tersebut tidak cukup jumlahnya atau tidak dapat digunakan sebagaimana mestinya, maka tubuh kehilangan kemampuan untuk memprooses glucose atau tubuh tidak mampu melakukan metabolism karbohidrat secara normal. Akibatnya glukosa berkumpul didalam darah sampai melewati ambang batas dan keluar bersama urine. Ini merupakan tanda yang jelas akan adanya penyakit diabetes mellitus atau juga disebut penyakit kencing manis. Karena dari glucose, dan juga tidak dapat menyimpannya dalam lemak untuk mensuplai energy yang diperlukan. Dan ini dapat menimbulkan bermacam akibat yang tidak diinginkan bagi kesehatan.
2.      Diabetes dan PJK
Diabetes menyebabkan factor risiko terhadap PJK yaitu bila kadar glucose darah naik terutama bila berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga gula darah (glukoosa) tersebut dapat menjadi pekat, dan ini mendorong terjadinya pengendapan atherosclerosis pada arteri koroner. Pasien dengan diabetes cenderung mengalami gangguan jantung pada usia yang masih muda. Diabetes yang tidak terkontrol dengan kadar glukosa yang tinggi dalam darah cenderung menaikan kadar kolesterol.

E.     Kegemukan dan Kurang Aktivitas
      Seperti telah diuraikan di muka, kegemukan atau obesitas dan kurang aktivitas merupakan salah satu factor risiko PJK. Namun demikian kegemukan berada dengan factor yang lain, artinya bila dibandingkan dengan kolesterol atau merokok yang secara langsung memicu timbulnya PJK. Kegemukan mendorong timbulnya factor risiko yang lain seperti diabetes mellitus, hipertensi, yang pada taraf selanjutnya meningkatkan risiko PJK. Kegemukan dalam arti kurangnya tenaga yang dikeluarkan sehingga zat makanan yang dimakan akan tersimpan akan tersimpan dan tertumpuk dalam tubuh sebagai lemak.



F.      Stres
Stres dianggap merupakan salah satu faktor risiko dari PJK meskipun belum dapat “diukur” berapa besar pengaruh tersebut memicu timbulnya PJK. Demikian juga, amat sulit untuk memberikan definisi stress secara cepat. Mungkin deskripsi yang paling mendekati ialah suatu keadaan mental yang Nampak sebagai kegelisahaan, kekhawatiran, tensi tinggi, keasyikan yang abnormal dengan suatu dorongan atau sebab dari lingkungan yang tidak menyenangkan. Jadi seorang yang mengalami tres dapat mengeluh karena merasa tidak sehat, sakit kepala, berdebar (palpitasi), sakit lambung atau susah tidur, tidak bahagia, atau bahkan depresi. Tidak semua simtom tersebut hadir bersama – sama.
Stres dapat memicu pengeluaran hormone andrenalin dan katekolamin yang tinggi dapat berakibat mempercepat kekejangan (spam) arteri koroner, sehingga suplai darah ke otot jantung terganggu.

G.    Faktor Risiko Alami
      Seperti telah disebutkan di muka, ada beberapa factor risiko yang tidak dapat dicegah atau bersifat alami, seperti keturunan, jenis kelamin, dan umur. Meskipun factor risiko tersebut tidak dapat diubah, kita perlu mengetahui pengertian masalah tersebut, karena ini akan memberikan pengertian lebih lengkap mengenai total risiko PJK dan cara menghadapinya agar dampaknya tidak menjadi lebih parah. Factor risiko alami akan dibahas dalam Bab 7 dan Bab 8, terutama terkaitannya dengan kadar kolesterol dalam darah.

1. 6      Pengobatan Penyakit Jantung Koroner
Pada prinsipnya pengobatan PJK ditujukan untuk agar terjadi keseimbangan lagi antara kebutuhan oksigen jantung dan penyediaannya. Aliran darah melalui arteri koronaria harus kembali ada dan lancar untuk jantung. Pengobatan awal biasanya segera diberikan tablet Aspirin yang harus dikunyah. Pemberian obat ini akan mengurangi pembentukan bekuan darah di dalam arteri koroner. Pengobatan penyakit jantung koroner adalah meningkatkan suplai (pemberian obat-obatan nitrat, antagonis kalsium) dan mengurangi demand (pemberian beta bloker), dan yang penting mengendalikan risiko utama seperti kadar gula darah bagi penderita kencing manis, optimalisasi tekanan darah, kontrol kolesterol dan berhenti merokok.
Jika dengan pengobatan tidak dapat mengurangi keluhan sakit dada, maka harus dilakukan tindakan untuk membuka pembuluh koroner yang menyempit secara intervensi perkutan atau tindakan bedah pintas koroner (CABG). Intervensi perkutan yaitu tindakan intervensi penggunaan kateter halus yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah untuk dilakukan balonisasi yang dilanjutkan pemasangan ring (stent) intrakoroner.

1.7       Kaitan PJK dengan Diabetes Melitus
DM merupakan penyakit gangguan kronik pada metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, yang disebabkan oleh defisiensi insulin.
DM yang tidak dikelola dengan baik akan mengakibatkan komplikasi makrovaskuler seperti PJK dan PJK merupakan penyebab kematian utama pada penderita DM. Pada penderita DM terjadinya iskemia atau infark miokard kadang-kadang tidak disertai dengan nyeri dada atau disebut silent myocardial infarction (SMI) yang mungkin menyebabkan kematian karena terlambatnya diagnosis PJK atau sulitnya mendiagnosa PJK pada DM. Kematian mendadak pada penderita DM mungkin disebabkan PJK yang menghasilkan aritmia atau infark miokard. Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor risiko terjadinya PJK pada penderita DM.
Sekitar 3 - 20 per 1000 orang populasi mengalami jantung koroner, prevalensinya meningkat seiring pertambahan usia (100 per 1000 orang pada usia di atas 60 tahun) (Gray dkk, 2003). Dari hasil penelitian Framingham menunjukan mortalitas dalam 5 tahun terjadi peningkatan penderita DM dengan penyakit jantung koroner. berdasarkan dari data di Amerika terdapat 3 juta penderita penyakit jantung koroner dan setiap tahunnya bertambah dengan 400.000 orang,  sedangkan untuk di Indonesia angka kejadian tersebut belum pasti (kalbefarma, 2002).
Dari data yang didapat di Medical Record RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu, khususnya di poliklinik jantung didapat jumlah kunjungan penderita penyakit jantung koroner pada tahun 2007 berjumlah 514 orang, pada tahun 2008 berjumlah 1.305 orang dan pada tahun 2009 berjumlah1.409. Dari data tersebut terjadi peningkatan kasus lebih dari 60%. Berdasarkan survey awal yang peneliti lakukan pada tanggal 21 april 2010 dari 25 pasien yang berobat di poli jantung RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu yang terdiagnosa PJK ada 6 orang dan 2 orang memiliki riwayat Diabetes Melitus. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Hubungan Diabetes Melitus dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner pada pasien di Poliklinik Jantung RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu” 2010, sedangkan pengumpulan data penelitian dilakukan selama 1 minggu yaitu tanggal 7 Juli  – 12 Juli 2010.Poliklinik Jantung RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.
1.      Penyakit Jantung Koroner
Tabel Distribusi frekuensi PJK pada pasien yang berkunjung ke Poliklinik Jantung RSUD Dr.M. Yunus Bengkulu Tahun 2010
No
Kategori kejadian PJK
Frekuensi (f)
Presentase (%)
1
2
PJK
Tidak PJK
183
183
50
50
Jumlah
366
100
Sumber : Data Penelitian 2010
Berdasarkan tabel 4.1 di atas diperoleh bahwa dari 366 orang pasien yang dijadikan sampel, terdapat 183 orang (50%) pasien yang menderita penyakit jantung koroner sebagai kelompok kasus, sedangkan  183 orang (50%) pasien yang tidak menderita penyakit jantung koroner sebagai kelompok kontrol.
2.      Diabetes Melitus
Tabel Distribusi frekuensi penyakit Diabetes Melitus pada pasien yang berkunjung ke Poliklinik Jantung RSUD Dr.M. Yunus Bengkulu Tahun 2010
No
Kategori kejadian DM
Frekuensi (f)
(%)
1
2
DM
Tidak DM
195
171
53,3
46,7
Jumlah
366
100
Sumber : Data Penelitian 2010
Berdasarkan tabel 4.2 di atas diketahui bahwa dari 366 orang pasien yang dijadikan sampel lebih dari sebagian 195 orang (53,3%) pasien dengan riwayat diabetes mellitus.

Hubungan antara Penyakit Diabetes Melitus dengan Penyakit Jantung Koroner 
Analisa hubungan diabetes melitus dengan penyakit jantung koroner di poliklinik jantung RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu

PJK
DM
Penyakit

OR
P
PJK
Tidak PJK
n
%
N
%


32,006


0,000

3,479
2,261-5,354
DM
125
68,3
70
35,9
Tidak DM
58
31,7
113
66,1
Jumlah
183
100
183
100
Sumber : Data Penelitian 2010

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pada kelompok kasus (kejadian PJK) hampir sebagian besar (68,3%) dengan riwayat DM sedangkan pada kelompok kontrol (tidak PJK) hampir sebagian besar pasien tidak memiliki riwayat DM. Dari uji chi square diperoleh nilai  X2 adalah  32,006  dengan nilai p = 0,000 (a = 0,05) dan derajat kebebasan (d.f = 1) ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara diabetes melitus dengan penyakit jantung koroner serta responden yang menderita diabetes melitus mempunyai peluang terkena penyakit jantung koroner 3,479 (95% CI : 2,261-5,354) kali dibandingkan dengan responden yang tidak menderita diabetes mellitus
.
Penyakit Jantung Koroner
Berdasarkan tabel tersebut diperoleh 183 orang pasien yang dijadikan sampel kasus dengaan PJK dan 183 orang tidak PJK sebagai sampel kontrol. Sejalan dengan pendapat Kabo, (2008), bahwa Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang disebabkan penyempitan arteri koroner, mulai terjadinya aterosklerosis (kekakuan arteri), maupun yang sudah terjadi penimbunan lemak atau plak (Plaque) pada dinding arteri koroner, baik disertai gejala klinis atau tanpa gejala sekalipun.
Menurut pengamatan yang peneliti lakukan PJK terjadi karena adanya gaya hidup yang kurang sehat dan kurangnya aktifitas fisik seperti olahraga. oleh karena itu gizi seimbang dengan memperbanyak konsumsi sayur-sayuran, buah-buahan, roti dan cereal sangat bagus untuk penderita PJK. Hal ini juga harus di imbangi dengan menjaga berat badan, olah raga secara rutin dan menghindari stress.
Hal ini di akibatkan karena penyakit jantung koroner dapat disebabkan oleh beberapa faktor-faktor resiko yaitu : Faktor resiko yang bersifat alamiah  (Non Modifiable) dan Faktor resiko yang non alamiah / yang bisa diubah (modifiable). Dari faktor resiko yang bersifat alamiah antara lain : jenis kelamin, usia dan genetik atau riwayat keluarga serta Faktor resiko yang non alamiah / yang bisa diubah yaitu: Merokok, Hipertensi, Hiperkolesterolemia, Diabetes Militus (DM), Obesitas, Stress Inflamasi, Kurang bergerak dan pola makan yang salah. Kabo, (2008).
Bila melihat dari jumlah kasus yang ada, ini berarti cukup banyak pasien jantung koroner yang ada di poliklinik jantung RSUD. Dr. M. Yunus Bengkulu. Kondisi ini cukup menghawatirkan karena dampak dari penyakit jantung koroner sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kematian secara mendadak. Menurut Setiawan, (2005) bahwa kejadian PJK yang lebih berat, lebih progresif, lebih kompleks, dan lebih difus dapat menimbulkan kematian lebih cepat dibandingkan penyakit jantung lainnya.


Diabetes Melitus
Berdasarkan tabel 4.2 di atas diperoleh bahwa dari 366 orang pasien yang dijadikan sampel, lebih dari sebagian pasien yang datang berobat di poliklinik jantung RSUD. Dr. M. Yunus Bengkulu lebih dari sebagian pasien dengan riwayat menderita diabetes melitus.
Menurut pengamatan yang peneliti lakukan faktor penyebab diabetes melitus bukan hanya karena faktor keturunan atau gen tetapi lebih disebabkan karena adanya pola hidup yang kurang sehat dan kurangnya aktifitas fisik seperti olahraga. Oleh karena itu gizi seimbang dengan mengurangi konsumsi gula dan karbohidrat yang berlebih, menjaga berat badan, olah raga secara rutin dan menghindari stress sangat bagus untuk mencegah terjadinya DM dalam rangka meminimalkan kejadian penyakit lanjutan lainnya.
Hal ini sejalan dengan pendapat Harto (2003), penyakit yang dapat di timbulkan oleh penyakit diabetes melitus adalah sebagai berikut : a). Penyakit jantung koroner adalah adanya pengapuran/pengerasan, penyempitan dan penyumbatan darah jantung koroner. Serangan jantung terjadi jika pembuluh darah koroner tersumbat total, sehingga otot jantung tidak teraliri oleh darah serta makanan, akibatnya sebagian kecil otot jantung akan mati, dan kemudian pekerjaan jantung sebagai alat pemompa darah ke seluruh bagian tubuh langsung akan terganggu. b). Trombosis koroner atau serangan jantung terjadi bila bekuan darah menutup salah satu pembuluh darah utama yang memasok darah ke jantung. Akibatnya jantung kekurangan darah dan kadang-kadang berhenti sama sekali. Diabetes melitus dapat membuat darah menjadi lebih lengket dan lebih mudah membeku dan juga mengganggu irama jantung, itulah sebabnya maka kematian secara tiba-tiba akibat serangan jantung tanpa peringatan terlebih dahulu. c). Kanker adalah penyakit yang sel-sel di beberapa bagian tubuh mengganda secara tiba-tiba dan tidak berhenti, kadang-kadang gumpalan sel ini hancur dan terbawa dalam aliran darah ke bagian tubuh lain, tidak seorang pun mengetahui secara pasti  bagaimana pertumbuhan sel yang tiba-tiba menjadi ganas.


KESIMPULAN

Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara penyakit jantung koroner oleh akibat dari penyakit diabetes, yaitu yang mana pada penyakit diabetes mellitus sering kali mengalami proses yang dinamakan mikroangiopathy atau terjadi pengerasan pada dinding arteri. Sebagaimana diketahui bahwa elastisitas dinding arteri sangat mendukung lancarnya peredaran darah keseluruh tubuh agar sel mendapatkan suplai oksigen dan nutrisi yang cukup, maka apabila terjadi mikroangiopathy ini secara tidak langsung akan berdampak pula pada terhambatnya suplai oksigen dan nutrisi tersebut terutama pada arteri koronaria. Sehingga terjadilah beberapa penyakit jantung seperti penyakit jantung koroner.










DAFTAR PUSTAKA
1.     Baraas, Faisal. 1999. Mencegah Serangan Jantung dengan Menekan Kolesterol. PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
2.     Nugroho. 2002. Perokok Pasif. (diakses 4 Mei 2009), diunduh dari http://www.fkui.com.net.Id.
3.     Prearce, C. Evelyn. 2000. Anatomi Fisiologi untuk Paramedis. PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
4.     Soeharto, iman. Serangan Jantung dan Sroke. 2001. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

2 komentar:

  1. terimakasih banyak, sangat membantu sekali...

    BalasHapus
  2. kenapa terjadi mycroangiopathy? apakah karna kadar glucose dalam darah yang tinggi?

    BalasHapus