HUBUNGAN ANTARA DIABETES MILITUS DAN
PENYAKIT JANTUNG KORONER
O
L
E
H
Shinta wulandhari
011.06.0060
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM
2012-2013
BAB
I
PENDAHULUAN
Jantung
merupakan salah satu organ vital dalam tubuh manusia yang terletak dalam
mediastinum di antara kedua paru-paru. Dengan fungsinya untuk memompa darah ke
seluruh bagian tubuh, jantung merupakan salah satu organ yang tidak pernah
beristirahat. Hal ini dikarenakan, jantung mempunyai suatu sistem pembentukan
rangsang tersendiri. Dalam keadaan fisiologis, pembentukan rangsang irama
denyut jantung berawal dari nodus sinoatrial (nodus SA) dan menyebar ke serat
otot lainnya sehingga menimbulkan kontraksi jantung.
Menurut
American heart asosiation, pada tahun 2004hampir seribu kematian di Amerika
berkaitan dengan kardiovaskuler , sebanyak 35% dari semua kematian di Amerika
Serikat tahun tersebut. Di Amerika
Serikat dan Negara-negara Eropa, sepertiga hingga setengah kematian disebabkan
oleh penyakit jantung dan 70% diantaranya disebabkan oleh jantung coroner. Di
Indonesia, dari survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1993 terlihat
kematian akibat penyakit kardiovaskuler mencapai 19,8% pada tahun 1998
meningkat menjadi 24,4%.
Penyakit
jantung coroner merupakan penyakit progresif akibat plak aterosklerosis yang mengalami erosi, fisur,
atau rupture. Penyakit ini muncul dengan berbagai tampilan klinis dari yang
asimtomatis, angina stabil maupun sindroma coroner akut sampai kematian jantung
mendadak. Proses aterosklerosis merupakan
dasar mekanisme utama timbulnya jantung coroner. Proses ini berlangsung
menahun, progresif, secara diam-diam sehingga sulit untuk diketahui sebelum
timbulnya gejala klinis. Aterosklerosis merupakan suatu proses penyakit yang
bersifat multifaktorial karena banyak faktor-faktor yang ikut berperan dalam
patogenesisnya yang disebut faktor resiko.
BAB
II
PEMBAHASAN
PENYAKIT JANTUNG KORONER
1.2 Definisi
Penyakit
jantung koroner adalah suatu kelainan disebabkan oleh penyempitan atau
penghambatan pembuluh arteri yang mengalirkan darah ke otot jantung. Bilamana
penyempitan ini menjadi parah maka dapat terjadi serangan jantung. Adapun
penyempitan pembuluh arteri ke otak dapat menimbulkan stroke. Otot jantung
diberi oksigen dan nutrisi yang diangkut oleh darah melalui arteri-arteri
koroner utama yang bercabang menjadi sebuah jaringan pembuluh lebih kecil yang
efisien. Sedangkan arteri ke otak yang mengangkut subtansi yang sama.
Penyempitan Pada Areteri Koroner
Seperti
telah disebutkan, untuk berfungsi dengan baik dan memompa darah ke seluruh
tubuh, otot jantung membutuhkan penyedian darah yang cukup untuk memenuhi
keperluan hidup sehari-hari seperti berjalan kaki dan gerak badan. Dengan tubuh
yang semakin tua dan memburuk oleh bermacam-macam factor risiko seperi tekanan
darah, tinggi, merokok dan konsentrasi kolesterol darah yang abnormal, pembuluh
menjadi using, dan pembuluh arteri koroner menjadi sempit dan tersumbat persis
seperti karatan pada korosi pipa air.
Mengeras
dan menyempitnya pembuluh darah oleh pengendapan kolesterol, kalsium, dan
endapan lemak berwarna kuning dikenal sebagai aterosklerosis (atherosclerosis).
Bila terdapat kekurangan aliran darah ke otot jantung karena penyempitan, maka
kondisi ini dikenal sebagai iskemik (ischaemia). Proses ini mulai sewaktu usia
muda dan berkembang pada tingkat individual yang berbeda-beda sesuai dengan
hadirnya “factor-faktor risiko”. Penyakit jantung iskemik biasanya mulai nampak
pada umur setengah tua ketika urat nadi koroner mulai tersumbat sehingga suplai
darah tidak cukup untuk memenuhi keperluan otot jantung.
Di samping itu, dinding pembuluh
arteri koroner oleh sesuatu sebab dapat berkerut (spasm) dengan akibat
menyempitnya saluran pembuluh secara tiba-tiba, sehingga penderita merasakan nyeri
dada, bahkan sampai terjadi serangan jantung mendadak.
Jantung
berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Untuk itu otot jantung memerlukan
oksigen dan nutrisi yang cukup. Oksigen dan nutrisi diangkut oleh darah melalui
pembuluh darah khusus yang disebut arteri koroner. Persoalan akan timbul bila
oleh sesuatu sebab terdapat halangan atau kelainan di arteri koroner, sehingga
tidak cukup suplai darah, yang berarti juga kurangnya suplai oksigen dan
nutrisi untuk menggerakkan jantung secara normal. Keadaan di atas dikenal
sebagai penyakit jantung koroner (PJK). Apabila aliran darah terhalang di
arteri yang menuju ke otak, akan terjadi stroke. Dengan tubuh semakin tua dan
memburuk oleh bermacam-macam faktor risiko seperti te kanan darah tinggi,
merokok, kadar kolesterol darah yang abnormal—pembuluh menjadi usang, dan
pembuluh arteri menjadi sempit, kaku, tidak elastis dan tersumbat, persis
seperti karatan pada korosi pipa air. Inilah yang menyebabkan PJK.
1.2 Penyebab Terjadinya
Penyakit Jantung Koroner
Makanan
mempengaruhi kadar kolesterol total dan karena itu makanan juga mempengaruhi
resiko terjadinya penyakit arteri koroner. Merubah pola makan (dan bila perlu
mengkonsumsi obat dari dokter) bisa menurunkan kadar kolesterol. Menurunkan
kadar kolesterol total dan kolesterol LDL bisa memperlambat atau mencegah
berkembangnya penyakit arteri koroner.
Menurunkan
kadar LDL sangat besar keuntungannya bagi seseorang yang memiliki faktor resiko
berikut:
• Merokok sigaret
• Tekanan darah tinggi
• Kegemukan
• Malas berolah raga
• Kadar trigliserida tinggi
• Keturunan
• Steroid pria (androgen).
Penyakit
arteri koroner bisa menyerang semua ras, tetapi angka kejadian paling tinggi
ditemukan pada orang kulit putih. Tetapi ras sendiri tampaknya bukan merupakan
faktor penting dalam gaya hidup seseorang.
1.3
Gejala
Penyakit Jantung Koroner
Gejala
Adanya Penyumbatan (PJK)
Karena setiap orang berbeda-beda,
tanggapan fisik terhadap perkembangan PJK juga berbeda. Tidak semua orang
dengan PJK memiliki simtom atau manifestasi tertentu, tetapi manifestasi yang
umum menurut American Health Assosioation (AHA) adalah sebagai berikut:
1. Tidak ada simtomp. Banyak dari mereka
yang mengalami PJK tidak merasakan ada sesuatu yang tidak enak atau tanda-tanda
suatu penyakit. Dalam kedokteran kondisi ini disebut silent ischernia. Mereka
yang berpenyakit diabetes amat rentan terhadap silent ischemia.
2. Angina. Formalnya disebut angina
pectoris. Angina umumnya ditunjukkan dengan sakit dada sementara sewaktu
melakukan gerakan fisik atau olahraga. Anda mungkin merasa tekanan atau sesak
di dada, seolah-olah seseorang sedang berdiri di dada Anda. Rasa sakit, yang
disebut sebagai angina, biasanya dipicu oleh tekanan fisik atau emosional. Hal
itu biasanya hilang dalam beberapa menit setelah menghentikan aktivitas yang
menyebabkan tekanan. Pada beberapa orang, terutama perempuan, nyeri ini mungkin
sekilas atau tajam dan terasa di perut, punggung, atau lengan.
3. Angina tidak stabil (unstable angina).
Sakit dada yang tiba-tiba terasa sewaktu dalam keadaan istirahat atau terjadi
lebih berat secara tiba-tiba. Jika jantung tidak dapat memompa cukup darah
untuk memenuhi kebutuhan tubuh Anda, Anda dapat mengalami sesak napas atau
kelelahan ekstrem tanpa tenaga
4. Serangan jantung. Bila aliran darah ke
pembuluh arteri koroner terhalang sepenuhnya terjadilah serangan jantung atau
myocardial infarction (MI). Jika arteri koroner menjadi benar-benar diblokir,
Anda mungkin mengalami serangan jantung. Gejala klasik serangan jantung
termasuk tekanan yang menyesakkan dada dan sakit pada bahu atau lengan,
kadang-kadang dengan sesak napas dan berkeringat. Wanita mungkin kurang
mengalami tanda-tanda khas serangan jantung dibanding laki-laki, termasuk mual
dan sakit punggung atau rahang. Kadang-kadang serangan jantung terjadi tanpa
ada tanda-tanda atau gejala yang jelas.
1.4 Proses dan Mekanisme Penyumbatan Pada
Arteri
Pada awalnya arteri normal,
aliran darah tidak terhalang, tetapi oleh berbagai faktor risiko terjadilah:
1. Plak, ini dapat menyebabkan arteri
mengalami penyum-batan/halangan sebagian. Plak ini dalam waktu lama dapat
tumbuh terus, sehingga terjadi penyumbatan total.
2. Spasm, proses ini menyebabkan pembuluh
arteri mengerut dan ruang aliran tinggal sebagian dan bila parah terjadi
penghentian darah secara total.
3. Clot atau disebut juga Platelete
clumping’, dalam hal ini terjadi proses penggumpalan dari berbagai substansi
dalam darah. Proses ini dapat berlanjut sedemikian rupa, sehingga menghalangi
aliran darah secara total.
4. Kombinasi dari dua atau lebih peristiwa
di atas. Bila kombinasi tersebut terjadi, umumnya dengan cepat terjadi
penyumbatan total (100%) pada arteri koroner.
1.5
Faktor
Risiko PJK
Factor risiko suatu penyakit adalah
faktor-faktor yang diyakini meningkatkan risiko timbulnya penyakit yang
bersangkutan. Dalam Bab 3 akan disajikan faktor-faktor risiko yang berkaitan
dengan PJK dan stroke serta hubungannya dengan kolesterol dan lemak.
Pola
timbulnya PJK menarik para ahli peneliti medis. Di antaranya dari“Framingham
Heart Study”-USA, yang telah menekuni bidang tersebut lebih dari setengah abad.
Mereka berpendapat bahwa PJK bukanlah penyakit manusia lanjut usia (manula)
atau nasib buruk yang tidak dapat dihindari. Pola hidup atau tingkah laku
seseorang (personal behavior) memegang peran yang amat penting. Dalam hubungan
ini dikenal adanya “Faktor Risiko PJK” yaitu kondisi yang berkaitan dengan
meningkatnya risiko timbulnya PJK. Menurut “American Heart Asosiation”, faktor
risiko dapat dibagi menjadi tiga golongan besar yaitu:
·
Faktor Risiko Utama
(major risk factor), yaitu factor risiko yang diyakini secara langsung
meningkatkan risiko timbulnya PJK, seperti kadar kolesterol darah yang
abnormal, tekanan darah tinggi atau hipertensi dan merokok.
·
Faktor Risiko Tidak
Langsung (contributing risk factor), yaitu faktor risiko yang dapat di
“asosiasikan” dengan timbulnya PJK. Hubungan antara faktor-faktor tersebut
dengan PJK sering kali bersifat tidak langsung. Termasuk dalam golongan ini
adalah Diabetes Melitus, kegemukan, tidak aktif dan stress.
·
Faktor Risiko Alami,
Jenis ini terdiri dari keturunan, jender, dan usia.
Faktor
risiko dapat pula digolongkan menjadi factor risiko yang dapat diperbaiki atau
bahkan dihilangkan, yaitu yang tersebut pada butir a dan b. sedangkan golongan
lain yaitu faktor risiko yang tidak dapat diperbaiki atau diubah, yaitu faktor
risiko tersebut pada butir c.
A. Kolesterol
Kolesterol
merupakan salah satu kata yang sering diucapkan oleh masyarakat umum terutama
bila menyangkut masalah kesehatan, biasanya dengan konotasi negative.
Sesungguhnya kolesterol tidaklah selalu jelek.
Dari segi ilmu kimia, kolesterol merupakan senyawa lemak yang kompleks yang
dihasilkan oleh tubuh untuk bermacam-macam fungsi kolesterol maka tubuh
membuatnya sendiri di dalam hati (liver).
Kolesterol
yang berada dalam zat makanan yang kita makan meningkatkan kadar kolesterol
dalam darah. Sejauh pemasukan ini masih seimbang dengan kebutuhan, tubuh kita
akan tetap sehat. Tetapi sangat disayangkan kebanyakan dari kita memasukkan
kolesterol lebih dari apa yang diperlukan, yaitu dengan makan makanan yang
mengandung lemak yang kaya akan koelsterol dalam jumlah yang berlebihan. Hal ini
dapat dimengerti karena hidangan yang lezat umumnya mengandung banyak lemak.
Hasilnya mudah diterka, yaitu kadar kolesterol darah meningkat sampai di atas
angka normal yang diinginkan.
Kelebihan
tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di dalam pembuluh darah
arteri, yang menyebabkan penyempitan dan pengerasan yang dikenal sebagai
atherosclerosis.Seperti telah disebutkan di muka, bila penyempitan dan
pengerasan ini cukup berat, sehingga menyebabkan suplai darah ke otot jantung
tidak cukup jumlahnya, maka timbul sakit atau nyeri dada yang disebut angina,
bahkan dapat menjurus ke serangan jantung.
Di
sinilah kolesterol tersebut berperan negative terhadap kesehatan. Karena alasan
tersebut di atas, maka kadar kolesterol yang abnormal menjadi factor risiko
utama PJK.
B. Tekanan Darah Tinggi atau Hipertensi
Bila
seseorang melakukan aktivitas, excited atau sedang stress, maka tekanan darah
akan meningkat. Peningkatan ini penting karena aktivitas dan emosi memerlukan
ekstra energy dan oksigen yang disuplai dari darah, dengan jalan menaikkan
tekanan dan mempercepat sirkulasinya. Segerasetelah aktivitas
berhenti/berkurang dan relaks, tekanan darah kembali menjadi normal. Kenaikan
sementara di atas merupakan kejadian yang normal, tetapi bila tekanan darah
naik dan bertahan pada tekanan tersebut meskipun sudah relaks, maka yang
bersangkutan dikatakan memiliki hipertensi.
Hipertensi
merupakan salah satu factor resiko PJK. Jika dibiarkan tanpa perawatan yang
tepat maka dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Penderita sering tidak
menyadari selama bertahun-tahun sampai terjadi komplikasi besar seperti stroke,
serangan jantung, atau kegagalan ginjal. Sebab itu hipertensi sering disebut si
“pembunuh diam-diam”.
C. Merokok
Keaadaan
jantung dan paru-paru mereka yang merokok tidak akan dapat bekerja secara
efisien. Mereka mempunyai risiko yang tinggi terhadap PJK, stroke, bronchitis
yang kronis bahkan juga kanker. Peranan merokok terhadap PJK dan penyakit
kardiovaskuler yang lain dapat ditelusuri dari kenyataan-kenyataan sebagai
berikut:
·
Asap rokok mengandung
nikotin yang memacu pengeluaran zat-zat seperti adrenalin. Zat ini merangsang
denyutan jantung dan tekanan darah.
·
Asap rokok mengandung
karbon mono-oksida (co) yang memiliki kemampuan jauh lebih kuat daripada sel
darah merah (haemoglobin) dalam hal menarik atau menyera oksigen, sehingga
menurunkan kapasitas darah merah tersebut untuk membawa oksigen ke
jaringan-jaringan termasuk jantung. Hal ini perlu diperhatikan terutama bagi
penderita PJK, karena daerah arteri yang sudah ada plak, aliran darahnya sudah
berkurang dari yang sebenarnya.
·
Merokok dapat
“menyembunyikan” angina, yaitu sakit di dada yang dapat member signal adanya
sakit jantung. Tanpa adanya signal tersebut, penderita tidak sadar bahwa ada penyakit
berbahaya yang sedang menyerangnya, sehingga ia tidak mengambil tindakan yng
diperlukan.
·
Perokok, dua atau tiga
kali lebih mungkin terkena stroke dibandingkan mereka yang tidak merokok.
·
Terlepas dari berapa
banyak rokok yang dihisap per hari, merokok terus-menerus dalam jangka panjang
berpeluang besar untuk menderita penyumbata arteri di leher.
·
Perokok mudh mengalami
kejang kaki pada waktu olahraga, karena penyumbatan pada pembuluh arteri di
kaki.
·
Merokok menempatkan
seseorang lebih beresiko terhadap penyakit degenerativeyang lain, termasuk
kanker paru-paru.
2. Hubungan Rokok dengan Kolesterol
Di
samping akibat-akibat buruk yang dapat diderita oleh perokok yang telah
disebutkan di atas, hasil penelitian “Framingham Heart Study” menemukan bahwa merokok
menurunkan kadar kolesterol baik (HDL). Penelitian dilakukan terhadap 2.000
lelaki dan 2.000 perempuan, berumur antara 20-49 tahun. Penurunan HDL pada kaum
lelaki rata-rata 4,5 mg/dl dan bagi kaum perempuan 6,5 mg/dl. Pada penelitian
tersebut, factor yang penting adalah jumlah batang rokok yang diisap per hari
dan bukan lamanya waktu seseorang telah merokok.
Penelitian
yang dilakukan oleh “Lipid Research Program Prevalence Study”menunjukkan
hal-hal yang lebih terinci, yaitu mereka yang merokok 20 batang atau lebih per
hari, mengakibatkan penurunan HDL sekitar 11% untuk laki-laki dan 14% untuk
perempuan, dibanding mereka yang tidak merokok. Secara garis besar hubungan
merokok dengan kolesterol dapat disingkat sebagai berikut:
·
Merokok menurunkan
kadar kolesterol baik (HDL) dalam darah, yang berartimeningkatkan risiko PJK.
·
Makin banyak jumlah
rokok yang diisap, makin besar penurunan HDL.
·
Perempuan yang merokok
mengalami penurunan HDL lebih banyak disbanding laki-laki.
D. Diabetes Melitus
1. Diabetes dan Metabolisme Karbohidrat
Insulin
adalah salah satu jenis hormone yang dihasilkan oleh sel beta di dalam
pancreas, yaitu sebuah kelenjar yang terletak dekat lambung. Dari sinilah
dialirkan ke dalam aluran darah. Insulin ini memiliki dua fungsi sebagai
berikut :
·
Untuk mendorong glucose
dari darah ke sel tertentu dari tubuh, kemudian dibakar menjadi energy.
·
Untuk mengubah
kelebihan glucose dalam darah menjadi glikogen yang disimpan di dalam hati dan
otot sebagai timbunan energy.
Dengan
demikian insulin membantu mempertahankan kadar glucose darah dalam batas –
batas normal. Bilamana insulin tersebut tidak cukup jumlahnya atau tidak dapat
digunakan sebagaimana mestinya, maka tubuh kehilangan kemampuan untuk
memprooses glucose atau tubuh tidak mampu melakukan metabolism karbohidrat
secara normal. Akibatnya glukosa berkumpul didalam darah sampai melewati ambang
batas dan keluar bersama urine. Ini merupakan tanda yang jelas akan adanya
penyakit diabetes mellitus atau juga disebut penyakit kencing manis. Karena
dari glucose, dan juga tidak dapat menyimpannya dalam lemak untuk mensuplai
energy yang diperlukan. Dan ini dapat menimbulkan bermacam akibat yang tidak
diinginkan bagi kesehatan.
2. Diabetes dan PJK
Diabetes
menyebabkan factor risiko terhadap PJK yaitu bila kadar glucose darah naik
terutama bila berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga gula darah
(glukoosa) tersebut dapat menjadi pekat, dan ini mendorong terjadinya
pengendapan atherosclerosis pada arteri koroner. Pasien dengan diabetes cenderung
mengalami gangguan jantung pada usia yang masih muda. Diabetes yang tidak
terkontrol dengan kadar glukosa yang tinggi dalam darah cenderung menaikan
kadar kolesterol.
E. Kegemukan dan Kurang Aktivitas
Seperti telah diuraikan di muka, kegemukan
atau obesitas dan kurang aktivitas merupakan salah satu factor risiko PJK.
Namun demikian kegemukan berada dengan factor yang lain, artinya bila
dibandingkan dengan kolesterol atau merokok yang secara langsung memicu
timbulnya PJK. Kegemukan mendorong timbulnya factor risiko yang lain seperti
diabetes mellitus, hipertensi, yang pada taraf selanjutnya meningkatkan risiko
PJK. Kegemukan dalam arti kurangnya tenaga yang dikeluarkan sehingga zat
makanan yang dimakan akan tersimpan akan tersimpan dan tertumpuk dalam tubuh
sebagai lemak.
F. Stres
Stres
dianggap merupakan salah satu faktor risiko dari PJK meskipun belum dapat
“diukur” berapa besar pengaruh tersebut memicu timbulnya PJK. Demikian juga,
amat sulit untuk memberikan definisi stress secara cepat. Mungkin deskripsi
yang paling mendekati ialah suatu keadaan mental yang Nampak sebagai
kegelisahaan, kekhawatiran, tensi tinggi, keasyikan yang abnormal dengan suatu
dorongan atau sebab dari lingkungan yang tidak menyenangkan. Jadi seorang yang
mengalami tres dapat mengeluh karena merasa tidak sehat, sakit kepala, berdebar
(palpitasi), sakit lambung atau susah tidur, tidak bahagia, atau bahkan
depresi. Tidak semua simtom tersebut hadir bersama – sama.
Stres
dapat memicu pengeluaran hormone andrenalin dan katekolamin yang tinggi dapat
berakibat mempercepat kekejangan (spam) arteri koroner, sehingga suplai darah
ke otot jantung terganggu.
G. Faktor Risiko Alami
Seperti telah disebutkan di muka, ada
beberapa factor risiko yang tidak dapat dicegah atau bersifat alami, seperti
keturunan, jenis kelamin, dan umur. Meskipun factor risiko tersebut tidak dapat
diubah, kita perlu mengetahui pengertian masalah tersebut, karena ini akan
memberikan pengertian lebih lengkap mengenai total risiko PJK dan cara
menghadapinya agar dampaknya tidak menjadi lebih parah. Factor risiko alami
akan dibahas dalam Bab 7 dan Bab 8, terutama terkaitannya dengan kadar
kolesterol dalam darah.
1.
6 Pengobatan Penyakit Jantung Koroner
Pada
prinsipnya pengobatan PJK ditujukan untuk agar terjadi keseimbangan lagi antara
kebutuhan oksigen jantung dan penyediaannya. Aliran darah melalui arteri
koronaria harus kembali ada dan lancar untuk jantung. Pengobatan awal biasanya
segera diberikan tablet Aspirin yang harus dikunyah. Pemberian obat ini akan
mengurangi pembentukan bekuan darah di dalam arteri koroner. Pengobatan
penyakit jantung koroner adalah meningkatkan suplai (pemberian obat-obatan
nitrat, antagonis kalsium) dan mengurangi demand (pemberian beta bloker), dan
yang penting mengendalikan risiko utama seperti kadar gula darah bagi penderita
kencing manis, optimalisasi tekanan darah, kontrol kolesterol dan berhenti
merokok.
Jika
dengan pengobatan tidak dapat mengurangi keluhan sakit dada, maka harus
dilakukan tindakan untuk membuka pembuluh koroner yang menyempit secara
intervensi perkutan atau tindakan bedah pintas koroner (CABG). Intervensi
perkutan yaitu tindakan intervensi penggunaan kateter halus yang dimasukkan ke
dalam pembuluh darah untuk dilakukan balonisasi yang dilanjutkan pemasangan
ring (stent) intrakoroner.
1.7 Kaitan
PJK dengan Diabetes Melitus
DM merupakan penyakit gangguan kronik pada metabolisme yang
ditandai dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein, yang disebabkan oleh defisiensi insulin.
DM yang tidak dikelola dengan baik akan mengakibatkan
komplikasi makrovaskuler seperti PJK dan PJK merupakan penyebab kematian utama
pada penderita DM. Pada penderita DM terjadinya iskemia atau infark miokard
kadang-kadang tidak disertai dengan nyeri dada atau disebut silent myocardial
infarction (SMI) yang mungkin menyebabkan kematian karena terlambatnya
diagnosis PJK atau sulitnya mendiagnosa PJK pada DM. Kematian mendadak pada
penderita DM mungkin disebabkan PJK yang menghasilkan aritmia atau infark
miokard. Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor risiko terjadinya PJK
pada penderita DM.
Sekitar 3 - 20 per 1000 orang populasi mengalami jantung
koroner, prevalensinya meningkat seiring pertambahan usia (100 per 1000 orang
pada usia di atas 60 tahun) (Gray dkk, 2003). Dari hasil penelitian Framingham
menunjukan mortalitas dalam 5 tahun terjadi peningkatan penderita DM dengan
penyakit jantung koroner. berdasarkan dari data di Amerika terdapat 3 juta
penderita penyakit jantung koroner dan setiap tahunnya bertambah dengan 400.000
orang, sedangkan untuk di Indonesia angka kejadian tersebut belum pasti (kalbefarma, 2002).
Dari data yang didapat di Medical Record RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu, khususnya di poliklinik jantung didapat jumlah kunjungan penderita
penyakit jantung koroner pada tahun 2007 berjumlah 514 orang, pada tahun 2008
berjumlah 1.305 orang dan pada tahun 2009 berjumlah1.409. Dari data tersebut
terjadi peningkatan kasus lebih dari 60%. Berdasarkan survey awal yang peneliti
lakukan pada tanggal 21 april 2010 dari 25 pasien yang berobat di poli jantung
RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu yang terdiagnosa PJK ada 6 orang dan 2 orang
memiliki riwayat Diabetes Melitus. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk
meneliti tentang “Hubungan Diabetes Melitus dengan Kejadian Penyakit Jantung
Koroner pada pasien di Poliklinik Jantung RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu” 2010,
sedangkan pengumpulan data penelitian dilakukan selama 1 minggu yaitu tanggal 7
Juli – 12 Juli 2010.Poliklinik Jantung RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.
1.
Penyakit Jantung Koroner
Tabel Distribusi frekuensi PJK pada pasien yang berkunjung
ke Poliklinik Jantung RSUD Dr.M. Yunus Bengkulu Tahun 2010
No
|
Kategori kejadian PJK
|
Frekuensi (f)
|
Presentase (%)
|
1
2
|
PJK
Tidak PJK
|
183
183
|
50
50
|
Jumlah
|
366
|
100
|
|
Sumber : Data Penelitian 2010
|
Berdasarkan tabel 4.1 di atas diperoleh bahwa dari 366 orang
pasien yang dijadikan sampel, terdapat 183 orang (50%) pasien yang menderita
penyakit jantung koroner sebagai kelompok kasus, sedangkan 183 orang
(50%) pasien yang tidak menderita penyakit jantung koroner sebagai kelompok
kontrol.
2.
Diabetes Melitus
Tabel Distribusi frekuensi penyakit Diabetes Melitus pada
pasien yang berkunjung ke Poliklinik Jantung RSUD Dr.M. Yunus Bengkulu Tahun
2010
No
|
Kategori kejadian DM
|
Frekuensi (f)
|
(%)
|
1
2
|
DM
Tidak DM
|
195
171
|
53,3
46,7
|
Jumlah
|
366
|
100
|
|
Sumber : Data Penelitian 2010
|
Berdasarkan
tabel 4.2 di atas diketahui bahwa dari 366 orang pasien yang dijadikan sampel
lebih dari sebagian 195 orang (53,3%) pasien dengan riwayat diabetes mellitus.
Hubungan antara Penyakit Diabetes Melitus dengan Penyakit
Jantung Koroner
Analisa hubungan diabetes melitus dengan penyakit jantung
koroner di poliklinik jantung RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
PJK
DM
|
Penyakit
|
X²
|
OR
|
P
|
|||
PJK
|
Tidak PJK
|
||||||
n
|
%
|
N
|
%
|
32,006
|
0,000
|
3,479
2,261-5,354
|
|
DM
|
125
|
68,3
|
70
|
35,9
|
|||
Tidak DM
|
58
|
31,7
|
113
|
66,1
|
|||
Jumlah
|
183
|
100
|
183
|
100
|
Sumber : Data Penelitian 2010
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pada kelompok
kasus (kejadian PJK) hampir sebagian besar (68,3%) dengan riwayat DM sedangkan
pada kelompok kontrol (tidak PJK) hampir sebagian besar pasien tidak memiliki
riwayat DM. Dari uji chi square diperoleh nilai X2 adalah
32,006 dengan nilai p = 0,000 (a = 0,05) dan derajat kebebasan (d.f = 1)
ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara diabetes melitus dengan
penyakit jantung koroner serta responden yang menderita diabetes melitus
mempunyai peluang terkena penyakit jantung koroner 3,479 (95% CI : 2,261-5,354)
kali dibandingkan dengan responden yang tidak menderita diabetes mellitus
.
Penyakit Jantung Koroner
Berdasarkan tabel tersebut diperoleh 183 orang pasien yang
dijadikan sampel kasus dengaan PJK dan 183 orang tidak PJK sebagai sampel
kontrol. Sejalan dengan pendapat Kabo, (2008), bahwa Penyakit Jantung Koroner
(PJK) adalah penyakit jantung yang disebabkan penyempitan arteri koroner, mulai
terjadinya aterosklerosis (kekakuan arteri), maupun yang sudah terjadi
penimbunan lemak atau plak (Plaque) pada dinding arteri koroner, baik
disertai gejala klinis atau tanpa gejala sekalipun.
Menurut pengamatan yang peneliti lakukan PJK terjadi karena
adanya gaya hidup yang kurang sehat dan kurangnya aktifitas fisik seperti
olahraga. oleh karena itu gizi seimbang dengan memperbanyak konsumsi
sayur-sayuran, buah-buahan, roti dan cereal sangat bagus untuk penderita PJK.
Hal ini juga harus di imbangi dengan menjaga berat badan, olah raga secara
rutin dan menghindari stress.
Hal ini di akibatkan karena penyakit jantung koroner dapat
disebabkan oleh beberapa faktor-faktor resiko yaitu : Faktor resiko yang
bersifat alamiah (Non Modifiable) dan Faktor resiko yang non
alamiah / yang bisa diubah (modifiable). Dari faktor resiko yang
bersifat alamiah antara lain : jenis kelamin, usia dan genetik atau riwayat
keluarga serta Faktor resiko yang non alamiah / yang bisa diubah yaitu:
Merokok, Hipertensi, Hiperkolesterolemia, Diabetes Militus (DM), Obesitas,
Stress Inflamasi, Kurang bergerak dan pola makan yang salah. Kabo,
(2008).
Bila melihat dari jumlah kasus yang ada, ini berarti cukup
banyak pasien jantung koroner yang ada di poliklinik jantung RSUD. Dr. M. Yunus
Bengkulu. Kondisi ini cukup menghawatirkan karena dampak dari penyakit jantung
koroner sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kematian secara mendadak.
Menurut Setiawan, (2005) bahwa kejadian PJK yang lebih berat, lebih progresif,
lebih kompleks, dan lebih difus dapat menimbulkan kematian lebih cepat
dibandingkan penyakit jantung lainnya.
Diabetes Melitus
Berdasarkan tabel 4.2 di atas diperoleh bahwa dari 366 orang
pasien yang dijadikan sampel, lebih dari sebagian pasien yang datang berobat di
poliklinik jantung RSUD. Dr. M. Yunus Bengkulu lebih dari sebagian pasien
dengan riwayat menderita diabetes melitus.
Menurut pengamatan yang peneliti lakukan faktor penyebab
diabetes melitus bukan hanya karena faktor keturunan atau gen tetapi lebih
disebabkan karena adanya pola hidup yang kurang sehat dan kurangnya aktifitas
fisik seperti olahraga. Oleh karena itu gizi seimbang dengan mengurangi
konsumsi gula dan karbohidrat yang berlebih, menjaga berat badan, olah raga
secara rutin dan menghindari stress sangat bagus untuk mencegah terjadinya DM
dalam rangka meminimalkan kejadian penyakit lanjutan lainnya.
Hal ini sejalan dengan pendapat Harto (2003), penyakit yang
dapat di timbulkan oleh penyakit diabetes melitus adalah sebagai berikut : a).
Penyakit jantung koroner adalah adanya pengapuran/pengerasan, penyempitan dan
penyumbatan darah jantung koroner. Serangan jantung terjadi jika pembuluh darah
koroner tersumbat total, sehingga otot jantung tidak teraliri oleh darah serta
makanan, akibatnya sebagian kecil otot jantung akan mati, dan kemudian
pekerjaan jantung sebagai alat pemompa darah ke seluruh bagian tubuh langsung
akan terganggu. b). Trombosis koroner atau serangan jantung terjadi bila bekuan
darah menutup salah satu pembuluh darah utama yang memasok darah ke jantung.
Akibatnya jantung kekurangan darah dan kadang-kadang berhenti sama sekali.
Diabetes melitus dapat membuat darah menjadi lebih lengket dan lebih mudah
membeku dan juga mengganggu irama jantung, itulah sebabnya maka kematian secara
tiba-tiba akibat serangan jantung tanpa peringatan terlebih dahulu. c). Kanker
adalah penyakit yang sel-sel di beberapa bagian tubuh mengganda secara
tiba-tiba dan tidak berhenti, kadang-kadang gumpalan sel ini hancur dan terbawa
dalam aliran darah ke bagian tubuh lain, tidak seorang pun mengetahui secara
pasti bagaimana pertumbuhan sel yang tiba-tiba menjadi ganas.
KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan antara penyakit jantung koroner oleh akibat dari penyakit
diabetes, yaitu yang mana pada penyakit diabetes mellitus sering kali mengalami
proses yang dinamakan mikroangiopathy atau terjadi pengerasan pada dinding
arteri. Sebagaimana diketahui bahwa elastisitas dinding arteri sangat mendukung
lancarnya peredaran darah keseluruh tubuh agar sel mendapatkan suplai oksigen dan
nutrisi yang cukup, maka apabila terjadi mikroangiopathy ini secara tidak
langsung akan berdampak pula pada terhambatnya suplai oksigen dan nutrisi
tersebut terutama pada arteri koronaria. Sehingga terjadilah beberapa
penyakit jantung seperti penyakit jantung koroner.
DAFTAR PUSTAKA
1. Baraas, Faisal. 1999. Mencegah Serangan Jantung dengan Menekan
Kolesterol. PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
3. Prearce, C. Evelyn. 2000. Anatomi Fisiologi untuk Paramedis.
PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
4. Soeharto,
iman. Serangan Jantung dan Sroke. 2001. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.